Berbagai Faktor Lingkungan yang Menyebabkan Kelainan Jantung Bawaan

Ibu Nina, sebut saja demikian namanya, tampak cemas dan gusar setelah dokter jantung anak-nya memvonis bayi mungilnya yang baru berusia 4 bulan memiliki kelainan jantung bawaan berupa sekat jantung yang bocor di tiga tempat dari hasil pemeriksaan USG jantung (ekokardiografi). Sebenarnya pada awalnya Ibu Nina membawa berobat ke dokter spesialis anak dikarenakan sudah 4 hari anaknya batuk dan panas tinggi sehingga tampak sesak. Itu ada kali kedua anaknya menderita penyakit serupa dalam 3 bulan terakhir.

Dari pemeriksaan dokter anak tersebut dikatakan anaknya menderita infeksi paru (pneumonia) yang cukup berat sehingga harus dirawat di rumah sakit. Lalu pada pemeriksaan tersebut, si dokter anak kebetulan menemukan adanya suara yang tidak normal dari jantung si bayi melalui stetoskopnya, sehingga kecurigaan adanya kebocoran jantung dimulai dari saat itu dan si dokter anak mengkonsulkannya ke dokter spesialis jantung anak. Dari pemeriksaan lanjutan itulah baru terungkap bahwa si bayi memiliki kelainan jantung bawaan multipel, yaitu 3 sekaligus berupa kebocoran serambi jantung (ASD), kebocoran bilik jantung (VSD), serta adanya saluran penghubung antara pembuluh darah utama aorta dengan pembuluh darah parunya yang tidak menutup pada waktu lahir (PDA). Lubang terbesar berada pada kebocoran bilik jantung, sehingga jantung si bayi bengkak dan paru-parunya banjir. Kondisi demikianlah yang memicu si bayi rentan untuk mengalami infeksi paru berulang, selain juga gejala gangguan pertumbuhan dan gejala bengkak jantung.

Kelainan jantung bawaan bukanlah penyakit yang jarang ditemukan di masyarakat. Jenisnya beragam dari yang menyebabkan biru pada kulit si bayi sejak lahir maupun yang tidak menyebabkan biru, beragam juga dari lokasi serta ukuran lubang kebocoran, atau berupa sambungan antar pembuluh darah yang salah atau terbalik,  dan masih banyak lagi. Jadi kelainan jantung bawaan itu itu selalu si bayi tampilannya biru. Pada lubang yang kecil dan kelainan yang sederhana, tidak jarang tidak ada gejala atau tampilan apa-apa pada si anak hingga si anak mencapai usia dewasa muda ketika proses penyakitnya memberat dan berkomplikasi barulah gejala muncul. Kelaian jantung bawaan yang paling sering dijumpai adalah kebocoran sekat bilik jantung (VSD), kemudian disusul oleh kebocoran sekat serambi jantung, PDA, dan yang lainnya. Terkadang kelainan itu terjadi bersamaan sekaligus sehingga semakin memperberat kondisi pasien dan pengobatannya.

Pada sebagian besar kejadian kelainan jantung bawaan tersebut, penyebab pastinya tidak diketahui, dan diduga multifaktor. Pada sebagian lainnya kelainan jantung bawaan tersebut terjadi disebabkan faktor genetik atau bawaan dari keluarga, malah terkadang kelainan tersebut bersamaan dengan kelainan genetik lainnya seperti sindrom Down (suatu jenis gangguan mental bawaan dan kelainan pada bentuk wajah-kepala). Namun sekitar 25% penyebabnya berasal dari paparan faktor-faktor lingkungan selama ibu hamil, terutama apabila paparan tersebut terjadi saat hamil muda yaitu 3 bulan pertama hamil. Ada berbagai macam paparan faktor lingkungan tersebut yang telah terbukti berkorelasi atau berpotensi menimbulkan kejadian terbentuknya kelainan jantung bawaan, antara lain berbagai agen-agen kimia dan fisika, berbagai infeksi pada ibu selama hamil, dan berbagai kondisi serta penyakit ibu. Faktor-faktor lingkungan tersebut perlu diketahui oleh masyarakat, terutama calon ibu, karena dengan mengetahuinya maka memungkinkan untuk menghindari paparannya sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya kelainan jantung bawaan. Berbeda dengan faktor genetik, paparan terhadap faktor-faktor lingkungan ini tentunya dapat dicegah. Berikut daftar berbagai faktor-faktor lingkungan yang telah terbukti berkorelasi dengan kejadian kelainan jantung bawaan;

1. Agen kimia dan fisika;

- obat-obatan medis: obat-obatan epilepsi (sakit ayan) terutama asam valproat, obat psikiatri terutama litium, vitamin A dosis tinggi, obat radang (aspirin, ibuprofen, kortikosteroid), beberapa jenis antibiotik terutama golongan makrolid (seperti eritromisin, sering dipakai untuk kasus infeksi tenggorokan atau saluran napas atas). Obat penurun demam dan painkiller berupa parasetamol bersifat relatif aman terutama jika digunakan pada usia kehamilan lanjut.

- senyawa kimiawi lainnya: kokain, alkohol berlebih, nikotin (terutama ibu hamil yang perokok aktif), polutan dalam air minum (nitrofen, TCE). Kopi (kafein) dianggap relatif aman bagi ibu hamil jika dikonsumsi tidak berlebih.

- obat-obat herbal dan jamu-jamuan 

- radiasi dalam dosis tinggi atau berulang seperti pada radioterapi kasus kanker. Sementara radiasi sinar rontgen yang tidak menembak langsung ke arah pinggul ibu hamil (misalnya foto rontgen dada) bersifat relatif aman karena dosisnya yang sangat kecil dan waktu paparannya yang singkat.

2.  Infeksi pada kehamilan:

- terutama yang bersifat destruktif adalah infeksi campak jerman atau rubella. Infeksi rubella pada ibu hamil dapat berakibat terjadinya sindrom rubella bawaan pada bayinya yang berupa kelainan berat pada mata yang dapat berujung pada kebutaan sejak lahir berupa katarak atau glaucoma, tuli saraf bawaan, serta kelainan jantung bawaan terutama PDA dan penyempitan katup jantung. Kelainan berat demikian peluang terjadinya sangat tinggi jika ibu hamil mengidap rubella pada usia kehamilan muda, yaitu sebesar 85% untuk terjadi. Imunisasi MMR sebelum rencana menikah bagi wanita dianjurkan untuk menghindari rubella, dan yang terpenting menghindari paparan penularan dari mereka yang sedang sakit penyakit tersebut. Rubella sebenarnya penyakit virus yang sering dialami pada usia anak-anak hingga remaja, dan penyakit tersebut umumnya ringan serta sembuh sendiri dalam waktu 3 hari. Gejala rubella pada ibu hamil juga ringan, namun dampaknya bagi si janin amatlah berat, sehingga perlu mendapat perhatian serius.

- beberapa jenis virus lainnya berpotensi pula menimbulkan kelainan jantung bawaan, termasuk flu yang dialami pada usia hamil muda. Ibu pengidap HIV juga berisiko menimbulkan infeksi jantung pada janinnya.

3. Berbagai kondisi dan penyakit ibu:

- diabetes mellitus (kencing manis) yang tidak terkontrol meningkatkan risiko penyakit jantung bawaan sebesar 4-5 kali dibandingkan mereka yang tidak mengidap penyakit tersebut.

- kegemukan, terutama jika bersamaan dengan diabetes mellitus, berisiko akan kelainan jantung bawaan serta juga kelainan saraf dan otak.

- ibu penderita lupus: risiko bayi dengan kelainan listrik jantung (gangguan irama berat)

- ibu dengan gizi buruk dan kekurang vitamin A dan asam folat    

Wanita yang telah menikah dan berencana hamil ada baiknya berkonsultasi dan berobat teratur ke dokternya jika memiliki diabetes mellitus, lupus, kegemukan, dan penyakit lainnya. Selain itu imunisasi terutama influenza dan MMR dapat dipertimbangkan. Asupan nutrisi khususnya asam folat dan vitamin A yang penting bagi perkembangan jantung janin harus dijamin cukup. Yang tidak kalah pentingnya juga adalah menjaga kesehatan selama kehamilan serta menghidari berbagai paparan kimia dan fisika terutama pada masa kehamilan muda. Sebagai contoh, menghindari kawasan dengan banyak orang sakit yang menular (misalnya ke rumah sakit tanpa mengenakan masker), menggunakan masker pula saat di jalan raya untuk menghindari polusi udara, pilih air minum dengan kualitas baik dan aman dari berbagai polutan kimia, menghindari sebisa mungkin minum obat apapun termasuk juga herbal dan jamu-jamuan saat hamil muda, kecuali jika memang obat tersebut sangat diperlukan dan diindikasikan dokter untuk kondisi sakitnya. Dengan demikian kejadian kelainan jantung bawaan pada bayi dapat dikurangi. Bagaimanapun hal ini penting karena, kelainan jantung bawaan sangat berdampak bagi perkembangan fisik, psikososial, psikis si anak serta biaya yang besar utnuk pengobatannya (seringkali harus masuk meja operasi) bagi keluarga.

0 komentar:

Posting Komentar